Sejarah Singkat Persatuan Istri Prajurit (Persit) Kartika Chandra Kirana

Banner

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI YONIF 713/SATYA TAMA..PROFESSIONAL, TERLATIH, SETIA, JAYA DAN RENDAH HATI
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Sejarah Singkat Persatuan Istri Prajurit (Persit) Kartika Chandra Kirana

SEJARAH SINGKAT PERSATUAN ISTRI PRAJURIT (PERSIT) KARTIKA CHANDRA KIRANA

Organisasi istri prajurit TNI AD Persit Kartika Chandra Kirana pada awalnya bernama Persatuan Kaum Ibu Tentara (PKIT) lahir di tengah-tengah perjuangan bangsa Indonesia yang dijiwai semangat dan cita-cita luhur untuk merebut kemerdekaan. Meskipun pada saat itu belum memiliki wadah organisasi, tetapi para istri prajurit telah berhasil memberikan dorongan semangat kepada para prajurit.

Lahirnya organisasi istri prajurit didorong oleh kesadaran yang timbul di kalangan istri prajurit sebagai pendamping suami yang sedang berjuang menegakkan dan mempertahankan proklamasi kemerdekaan bangsanya.

Di daerah Jawa Barat, BKR/TKR yang kemudian menjadi TNI AD menghadapi banyak ancaman. Markas Komandemen TKR yang berkedudukan di Purwakarta menjadi pusat kegiatan pengerahan prajurit. Komandan Komandemen pada saat itu adalah Mayor Jenderal Didi Kartasasmita dan Kepala Stafnya adalah Kolonel Hidayat.  Kenyataan yang dihadapi pada saat itu sangatlah menyentuh hati nurani. Banyaknya prajurit yang gugur dan terluka di Rumah Sakit Purwakarta karena tempat di rumah sakit tersebut tidak mencukupi. Kenyataan inilah menimbulkan inisiatif di hati Ny. Ratu Aminah Hidayat (isteri dari Kolonel Hidayat, Kepala Staf Komandemen I) untuk mengumpulkan para istri perwira Markas Komandemen I di kediamannya di daerah Purwakarta.

Dalam pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 3 April 1946 Ibu Ratu Aminah Hidayat mengutarakan pemikiran dan hasratnya untuk menggerakkan para Isteri Prajurit melakukan sesuatu guna membantu prajurit di dalam melaksanakan tugasnya. Sejak itulah para istri prajurit yang berdomisili di Purwakarta mulai memikirkan untuk membentuk suatu wadah bagi kelompok istri prajurit yang kemudian dinamakan Persatuan Kaum Ibu Tentara (PKIT) yang adalah cikal bakal Persit Kartika Chandra Kirana. 

Untuk menghadapi tantangan perjuangan yang semakin berat, maka pada tanggal 15 Agustus 1946 PKIT mengadakan konferensi di Garut, Jawa Barat guna mempersatukan organisasi-organisasi  istri  tentara  yang ada di daerah-daerah. Dalam konferensi tersebut dibahas masalah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta perubahan nama organisasi yang semula PKIT diubah menjadi Persatuan Istri Tentara (Persit). Selanjutnya, kegiatan Persit semakin meningkat seiring dengan perkembangan organisasi TNI AD.   

Dalam periode 1947 kegiatan para istri prajurit antara lain menjahit, membuat tanda-tanda pangkat pejuang, juru rawat dalam Palang Merah Indonesia, memberikan perawatan dan pertolongan pejuang yang luka atau gugur di medan bakti, tugas menyelidiki kekuatan dan lokasi musuh, suatu tugas yang tidak ringan dan penuh dengan resiko tertangkap oleh pihak lawan.  

Selanjutnya, guna membangun soliditas organisasi, penyelenggaraan konferensi dilaksanakan secara berkesinambungan, dan memakai nama Kongres, Rapat Kerja hingga Musyawarah Pusat.

Pada tahun 1962, ditetapkan Hymne dan Mars Persit Kartika Chandra Kirana yang diciptakan oleh A. Tampubolon.

Pada tahun 1967, ditetapkan lambang Persit Kartika Chandra Kirana yang merupakan hasil karya Mayor Caj Tranggono.  

Dalam perjalanan sejarahnya Persit Kartika Chandra Kirana pernah menerbitkan majalah Mekar pada tahun 1954. Pada tahun 1983, Persit Kartika Chandra Kirana kembali menggiatkan media penerangan kepada anggotanya melalui penerbitan majalah Kartika Kencana yang berlangsung hingga saat ini. 

Pada tanggal 7 Juli 1967, Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana yang dijabat oleh Ibu Siti Hartinah Soeharto, didirikan Yayasan Kartika Jaya. Kala itu masing-masing yayasan dijabat secara fungsional oleh Ketua dan Wakil Ketua Persit Kartika   Chandra Kirana di masing-masing tingkat kepengurusan Gabungan, Daerah dan Cabang Berdiri Sendiri.

Pada tahun 1996, Ibu R. Hartono, Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana dan dibantu oleh sebuah tim yang diketuai Ibu Agum Gumelar, kedudukan Yayasan Kartika Jaya yang dikelola oleh PG, PD dan PCBS dilebur ke dalam satu wadah tunggal dengan nama Yayasan Kartika Jaya yang langsung berada di bawah naungan Persit Kartika Chandra Kirana Pengurus Pusat. Sejak 16 Februari 2005, maka jabatan Ketua dan Wakil Ketua Yayasan tidak lagi dijabat secara fungsional oleh Ketua dan Wakil Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana dan selanjutnya Yayasan Kartika Jaya menjadi badan hukum yang berdiri sendiri.  

Pada tanggal 2 April 2002, Ibu Andy E. Sutarto selaku Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana, didirikan Yayasan Yatim, Yatim Piatu “Kartika Asih”. Khususnya memberikan beasiswa bagi putra-putri prajurit yang gugur di dalam melaksanakan tugas, sebagai wujud kepedulian dan rasa tanggung jawab Persit Kartika Chandra Kirana terhadap masa depan generasi penerus bangsa.

Pada tahun 2004, atas prakarsa Ibu drg. Nora Ryamizard selaku Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana Gedung Balai Kartini dan Kartika Eka Paksi dibongkar dan dibangun kembali. Selanjutnya, gedung siap digunakan pada tahun 2005 hingga sekarang. 

Pada tanggal 10 Januari 2007, Kasad Jenderal TNI Djoko Santoso selaku Pembina Utama Persit Kartika Chandra Kirana meresmikan “Wisma Kartika” sebagai Kantor Persit Kartika Chandra Kirana Pengurus Pusat, Balai Keterampilan Kartika dan Griya Kebugaran Kartika. 

Pada tahun 2014, atas prakarsa Ibu Wanti Budiman selaku Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana menetapkan Seragam Olahraga untuk anggota Persit Kartika Chandra Kirana seluruh Indonesia dan mendirikan Beka Resto Balai Kartini.

Pada tanggal 17 Februari 2015, Ibu Nenny Gatot Nurmantyo selaku Ketua Umum Kartika Chandra Kirana memimpin Musyawarah Pusat XI Persit Kartika Chandra Kirana dan menetapkan perubahan waktu pelaksanaan Musyawarah Pusat dari 5 tahun menjadi 3 tahun.   

Pada tanggal 7 Februari 2018, Ibu Sita Mulyono selaku Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana memimpin Musyawarah Pusat XII Persit Kartika Chandra Kirana Tahun 2018 dan menetapkan perubahan waktu pelaksanaan Musyawarah Pusat semula 3 tahun, kembali menjadi 5 tahun. 

Demikian sejarah singkat Persit Kartika Chandra Kirana sejak kelahirannya pada tanggal 3 April 1946 hingga saat ini. Para Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana yang pernah memimpin organisasi Persit Kartika Chandra Kirana adalah :

1. Ny. A.H. Nasution (27 Oktober 1950 – 8 Desember 1951)

2. Ny. Sahusilawane (8 Desember 1951 – 28 Desember 1952)

3. Ny. Bambang Supeno (28 Desember 1952 – 20 Desember 1953)

4. Ny. R.A. Tahir (20 Desember 1953 – 20 April 1955)

5. Ny. Hj. R. Omon Abdurachman (20 April 1955 – 18 Juli 1955)     

6. Ny. Sukaswo (18 Juli 1955 – 28 Januari 1958)   

7. Ny. E. Dachyar (28 Januari 1958 – 14 Januari 1961)

8. Ny. R.A. Tahir  (14 Januari 1961 – 24 April 1963)

9. Ny. S.R. Lasmindar (24 April 1963 – 12 Desember 1964)

10. Ny. A. Yani (12 Desember 1964 – 17 Juni 1966)

11. Ny. Tien Soeharto (17 Juni 1966 – 30 Juni 1967)

12. Ny. M. Panggabean (30 Juni 1967 – 12 Januari 1970)

13. Ny. Umar Wirahadikusumah (12 Januari 1970 – 3 April 1973) 

14. Ny. Surono (3 April 1973 – 14 Mei 1974)    

15. Ny. Makmun Murod (14 Mei 1974 – 30 Januari 1978)

16. Ny. Widodo (30 Januari 1978 – 17 April 1980)

17. Ny. Poniman (17 April 1980 – 14 Maret 1983) 

18. Ny. Rudini (14 Maret 1983 – 1 Juli 1986)   

19. Ny. Try Sutrisno (1 Juli 1986 – 24 Februari 1988)

20. Ny. Edi Sudradjat (24 Februari 1988 – 10 April 1993)

21. Ny. Wismoyo Arismunandar (10 April 1993 – 13 Februari 1995)

22. Ny. R. Hartono (13 Februari 1995 – 13 Juni 1997)

23. Ny. Uga Wiranto (13 Juni 1997 – 23 Februari 1998)

24. Ny. Afifah Subagyo Hadisiswoyo (23 Februari 1998 – 2 Desember 1999)

25. Ny. Titik Tyasno Sudarto (2 Desember 1999 – 18 Oktober 2000)

26. Ny. Andy E. Sutarto (18 Oktober 2000 – 6 Juni 2002)  

27. Ny. Nora Ryamizard (6 Juni 2002 – 25 Februari 2005) 

28. Ny. Angky Djoko Santoso (25 Februari 2005 – 31 Desember 2007)

29. Ny. Diana Agustadi Sasongko Purnomo (31 Desember 2007 – 11 November 2009)

30. Ny. Hj. Nur George Toisutta (11 November 2009 – 7 Juli 2011)

31. Ny. Kiki Pramono Edhie Wibowo (7 Juli 2011 – 23 Mei 2013)

32. Ny. Koes Moeldoko (23 Mei 2013 – 2 September 2013)

33. Ny. Wanti Budiman (2 September 2013 – 15 Juli 2015)

34. Ny. Sita Mulyono (15 Juli 2015 – 29 November 2018)

35. Ny. Hetty Andika Perkasa (29 November 2019 s.d. sekarang)

sumber : https://persitpusat.or.id

Tampilkan Komentar